19 Okt 2017




















Sajak Kehidupan Sosial

#1
Sajak K

Kampanye sebuah tak tik.
Korupsi suatu bentuk balik modal.
Kolusi suatu hal lumrah.
Kekesalan rakyat dibendung janji manis.
Kosong melompong janji wakil rakyat.
Ketimpangan sosial kian nyata.
Kesejahteraan sosial hanyalah utopis.
Kebijakan negara hanyalah wacana.
Kemiskinan kian menjamur.
Kelaparan terus mewabah.
Kejelekan rezim terus ditutupi.
Kondisi sosial kian memprihatinkan.
Keberanian menentang dibungkam.
Kepeloporan pemuda dipadamkan.
Kerusuhan makin terjadi.
Kejahatan begitu masif.
Kehancuran makin terlihat.
Kebobrokan kian konkret.

#2
Hukum ada untuk dilanggar
Larangan ada untuk tidak dipatuhi
Peringatan ada untuk diingkari
Krisis kesadaran diri
Individualis makin masif
Pelanggaran sebuah budaya
Aparat didesain untuk membenarkan
Membenarkan segala ketimpangan
Aturan hanya formalitas
Kebijakan hanya sekedar penghias
Gratifikasi sebagai penghasilan tambahan
Ajimumpung tak ketahuan

#4
Ketimpangan sosial makin terlihat
Si kaya dan si miskin
Status sosial sebuah keharusan
Tanpanya tak punya harga diri
Stratifikasi sosial makin mencekik
Para buruh kian menjerit
Tuan tanah tak pernah puas
Menghipas darah para budak
Hari yang cerah sebuah dambaan
Namum tak ada harapan
Yang ada hanyalah angan2 belaka

By:
NadaSitiSalsabila

SAJAK


#1
Hilang

Rasanya...
Ketika membeli sesuatu.
Dengan hasil jeripayah sendiri.
Namun sesuatu itu hilang.
Tanpa berbekas.
Hati terasa dikoyak.
Bak seonggok daging.
Yang dikunyah.

#2
Tanpa arah

Hidup suatu misteri.
Misteri yang abstrak.
Bisa diraba namun tak nampak.
Hidup bagai drama picisan.
Dikemas oleh sang sutradra handal.
Dibumbui oleh duka dan suka cita.
Namun duka lebih dominan.
Sepanjang apapun drama itu ada akhir.
Episode kehidupan terus berjalan.
Mengikuti poros bumi yang berputar.
Bila bumi kehilangan arah.
Tamatlah riwayat seluruh makhluk.
Sepanjang apapun episode itu akan berakhir
Setiap hai akan berakhir selamat tinggal.
Segala hal yang terjadi akan berakhir.
Begitulah hukum alam bersabda.

#3
Hidup sebuah perjuangan.
Siapa yang kuat.
Dialah yang menang.
Bohong hukum rimba tak berlaku.
Berbagai episode kehidupan.
Terus berjalan.
Sesukar apapun kehidupan.
Akan terus berjalan.
Walaupun raga dan jiwa.
Telah hancur.
Namun terus berjalan.
Mengikuti irama.
Irama poros bumi yang berputar.
Hingga tiba saatnya.
Episode itu tamat.
Dan berlanjut ke kehidupan lain.
Kehidupan yang lebih hakiki.
Fase kehidupan fana.
Banyak manusia yang lalai.
Terpadaya dan terperosok.
Ke dalam jurang dosa.
Menyimpang suatu hal yang menggoda.
Ketaatan suatu hal yang rumit.
Berjalan mengikuti kehendak orang.
Biarlah salah yang penting bersama katanya.
Sejatinya walau makhluk sosial.
Kita akan sendiri.
Sendiri dalam kegelapan.
Kegelapan yang kian nyata.
Tergantung dari apa yang di perbuat.
Bila baik terang dan tenang yang di dapat.
Bila sebaliknya kegelapan dan pesakitanlah yang di dapat.
Nasihat bagaikan melodi usang.
Keluar kuping kanan dan kiri.

#4
Sajak lara

Sepi.
Dalam sepi sendiri.
Dalam sendiri merenung.
Dalam merenung berpikir.
Dalam berpikir mengingat.
Mengingat akan suatu hal.
Hal yang membuat hancur.
Kehancuran suatu hal yang telah terjadi.
Hidup diatas puing-puing kehancuran.
Akankah ada setitik harapan.
Walau sekecil apapun.
Atau bahkan sekecil debu.
Debu suatu partikel tak berguna.
Bagai diri yang tak di inginkan.
Lalu apa guna hidup.
Hidup dalam senyap.
Makin hari semakin mencekik.
Bak seutas tali tambang.
Yang siap melenyapkan nyawa seseorang.

#5
Perkataanmu sungguh menyayat.
Tiap untaian kata yang kau lontarkan.
Melenyapkan sercercah harapan.
Karenamu dan penyebab dirimu.
Salah dan untuk apa.
Pergilah kau menyusahkan.
Rasa dan karsa telah lenyap.
Andaikan kubisa pergi.
Menjauh ke ujung dunia.
Atau sekalipun lenyap dari dunia ini.
Dimanfaatkan dan tidak diharapkan.
Derasnya air mata tak terhenti.
Luka yang begitu dalam belum sirna.
Ditempa lagi oleh luka baru.
Hancur semua telah hancur.
Yang tersisa hanyalah puing-puing.
Hidup dalam belas kasihan.
Membandingkan dan membandingkan.
Tak sepertinya yang seperti itu dan ini.
Lalu mengapa kau pertahankan.
Bila sesakit ini mengapa tak kau lenyapkan
Hanguskan diriku bagai abu.
Lalu kau terbangkan abu itu dengan angin.
Agar diriku lenyap bersama rasa pilu ini.
Dan hilang di kegelapan malam.
Pekatnya hati ini tak sirna.
Hitamku hanya aku yang tahu.
Dan sakitku biarlah ku pendam.

#6
Tiap tutur kata bagaikan belati.
Menikam relung hati.
Dan mengoyak harapan.
Tertawa diatas pahitnya hati.
Konflik terus bergejolak.
Terus menyala bak api abadi.
Tak ada lagi kehangatan dan
Ketenangan jiwa.
Tiap kalimat pemantik pertentangan.
Dengan segala tunduhan ditujukan.
Karena dirimu sebab dirimu.

#7
Masalah adalah teman.
Setiap insan yg hidup di dunia.
Tentu memiliki masalah.
Masalah datang silih berganti.
Tanpa mengenal lelah.
Terkadang ia hilang tanpa di duga.
Dan terkadang muncul di kala bahagia.
Pepatah mengatakan.
Tiap masalah ada solusi.

#8
Harapan.
Adakah walau hanya sekecil atom.
Harapan.
Selalu didambakan akan terwujud.
Harapan.
Suatu penghibur lara.
Harapan.
Bak mimpi tak pernah usai.

#9
Mimpi tanpa tujuan dan tepian.
Tersenyum walau hati menjerit.
Air mata tak pernah surut.
Menangis.
Dan menangis lagi.
Lalu apa yang harus dilakukan?
Berharap suatu keajaiban.
Yang dapat mendatangkan perubahan.
Perubahan dalam hal baik.
Yang dapat mengubah lara menjadi suka cita.

#10
Dunia

Tempat penuh tipu muslihat.
Banyak yg terpedaya.
Tanpa sadar waktu hanya sebentar.
Berbuat dosa tak kenal lelah.
Bak hidup selamanya.
Penyimpangan suatu hal yg keren.
Keteraturan suatu hal yg kuno.

#11
SMA.
Masa paling indah.
Namun hanyalah mitos belaka.
Dimanfaatkan suatu hal biasa.
Tak dianggap selalu.
Datang bila duka.
Pergi bila suka cita.
Tak memberi contek.
Pelit katanya.
Orang rajin dan penurut.
Kolot katanya.

#12
Dalam diam aku membayangkan. bagaimana hari esok dan apa saja yang harus direncanakan.
Dalam diam aku banyak berpikir.
Mengenai banyak hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya.
Dalam diam aku merenung.
Mengenai hari ini bagaimana seharusnya aku bersikap.
Dan bagaimana seharusnya aku memposisikan diri.
Dalam diam aku termenung akan rencana-rencana dan impian yang kuharapkan akan tercapai.
Dalam diam aku terus berdoa akan hari esok yang lebih baik.
Dalam diam aku berbicara dengan diriku sendiri.

By :
NadaSitiSalsabila


19 Jan 2013

Narative Text Mulan


MULAN
Characters:
-         Fa Mulan
-         Mushu (a dragon)
-         Shan-yu (the leader of the huns)
-         Yao (a member of the imperial army)
-         Ling (a member of the army high empirire)
-         Chien-po (a member of the imperial army)
-         Chi-fu (a member of advisory counsel)
-         Fa zhou (Mulan’s father)
-         Mulan’s grandmother
-         Tsar of china
-         Fa Li (Mulan’s mother)
-         Captain li (Li shang’s father)
-         Li shang (capten of war)
-         Cri-Kee (Mulan’s cricket)
-         The matchmaker
-         Khan (Mulan’s horse)

Narative Text
         
One day The Huns led by the ruthless Shan-yu, invade Han China, fording the Chinese emperor to command a general mobilization. Each family is given a conscription notice, requiring one man from each family to join the Chinese army. When Fa Mulan hears that her elderly father Fa Zhou the only man in her family, is forced to join the army, she decides to stand in his place, disguising herself as a young man named “Ping”. Fa Zhou learns that Mulan has taken his place and prays to his family’s ancestors. Who order their “Great Stone Dragon” to protect her. The ancestors are unware that the statue of great stone dragon failed to come to life, and that Mushu a small dragon is the one to go and protect Mulan.
Mulan is initially misguided by Mushu in how to behave like a man, and starts a ruckus at the training camp. However under command of Li shang, she and her new friend at the camp, Yao, Ling, and Chien-po become skilled warriors, Mushu desiring to see Mulan succed, creates a fake other from from Li shang’s father, general Li, ordering Li shang to follow them into the mountains, they arrive at a burnt-out village and discover that general Li and his forces have been wiped out by the Huns. As they solemny leave the mountains, they are ambushed by the Huns, but use of a cannon by Mulan buries most of the enemy forces in an avalanche. Mulan is slashed by Shan-yu in his rage at her wiping out his army during the battle, and she is forced to reveal her deception after receiving medical attention. Instead of executing Mulan as the law requires, Li shang decides to spare her life by leaving her on the mountain as the rest of the army departs for the imperial city to report the news of the Huns demise. However, the avalanche failed to eliminate all the enemies, as Mulan catches sight of a small number of surviving Huns, including Shan-yu, making their way to the city intent on capturing the emperor.
In the imperial city. Mulan attempts to warn Li-shang about Shan yu, but he refeuses to listen. The Huns appear and capture the Emperor, Locking themselves inside the palace. With Mulan’s help, Li Shang, Yao, Ling, and Chien-Po Pose as concubines and are able to enter the palace and defeat Shan Yu’s men. As shang prevents Shan Yu From assassinating the emperor, Mulan lures the Hun on to the roof   where she enganges him in single combat. Meanwhile, acting on mulan’s instructions, mushu fires a bundle of fireworks rockets at Shan Yu on here signal and kills him. Mulan is praised by the emperor and the people of China, who all bow to her as an unprecedented honor. While she accepts the emperor’s crest and shan Yu’s sword as gifts, she politely diclines his offer to be his advisor and asks to return to her family. She returns home and presents these gifts to her father, but he is more overjoyed to have his daughter back safely. Li Shang, who has become enamored with Mulan, soon arrives under the guise of returning her helmet, but accepts the family’s invititation for dinner.
Shang asks mulan for her hand in marriage, which she accepts. Hearing about their engangement, Mushu is thrilled for them- until the leader of the ancestors informs him that if mulan gets married, he will lose his job as guardian dragon and have to leave her and his pedestal, his place of honor as a guardian. The reason for this is because Mulan would be getting married to Shang, thus she becomes a part of his family which requires her to have his family ancestors and guardians.